www.jejakhitam.com
Tajam Mengungkap Peristiwa

Divisi Seni Budaya Mabes KIWAL Hadiri Sosialisasi Diskografi dan Dialog Budaya MBS

JEJAKHITAM.COM (MAKASSAR) – Mitologi Bumi Sulawesi (MBS) yang didukung oleh Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, Riset Teknologi, Dana Indonesia 2023 bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), menggelar acara Sosialisasi Diskografi dan Dialog Budaya dengan tema “Menelisik Budaya Islam Gowa di Abad Ke-17”, sebagai upaya untuk mendorong kemajuan kebudayaan di Sulawesi Selatan.

Acara itu diselenggarakan di CDL Cafe, Jalan Usman Salengke, Sunggumimasa, Kabupaten Gowa, Kamis (28/03/2024).

Hadir dalam kegiatan itu Direktur MBS Iwal Achmady didampingi Dewan pembina MBS ibunda Elen Daeng Baji, budayawan Dr. H. Hasan Hasyim, Guru Besar UINAM Prof. DR. H. Bahaking Rama, sejarawan dan akademisi Dr. Hj. Syamsam S M.Ag selaku narasumber.

Selanjutnya, para praktisi serta lembaga-lembaga pemerhati seni dan budaya diantaranya Ketua Divisi Seni Budaya Mabes KIWAL Purwanto Sukiyo Wedyodiningrat Dg Mangemba, dan Kepala Biro MBS yang juga Koordinator Riset dan Strategi Muh. Isra DS selaku Steering Commite atau moderator.

Acara Diskografi dan Dialog Budaya itu dibuka dengan pagelaran musik Sinrili’ Keso-Keso’, yang membuat acara makin tampak meriah.

Diawal dialog moderator menyampaikan, bahwa tujuan Lembaga Mitologi Bumi Sulawesi melaksanakan kegiatan sosialisasi Diskografi Budaya ini adalah untuk menjadi acuan dalam mengembangkan pola pikir masyarakat dalam menerima dan memahami perbedaan literasi tentang sejarah masuknya Islam di tanah Sulawesi.

“Menelisik budaya Islam Gowa di abad 17 Masehi, banyak wacana yang berkembang dikalangan masyarat Sulawesi Selatan bahwa Islam masuk pada abad 1605 M. Adapula seorang ulama di tanah Tosora Sengkang yang mengatakan, bahwa Islam masuk pada tahun 1320 masehi,” sebut Isra.

Isra menjelaskan, bahwa ada juga pihak yang menyatakan bahwa Islam sudah ada di Sanrobone pada tahun 1010 H atau tahun 1589 Masehi.

“Adanya perbedaan persepsi tentang keberadaan Islam di Kabupaten Gowa, adalah merupakan satu kesatuan yg tidak dapat dilepaskan dari tatanan adat dan pangadakkang, dimana posisi tertinggi dalam menerapkan tauhid Islam adalah akhlak,” ujarnya.

Hal itu turut dibenarkan oleh Prof. dr. H. Bahaking Rama saat menyampaikan paparannya.

“Walaupun sholatmu bagus, ibadahmu hebat, jika akhlakmu tidak baik (punna tena pangadakkangta), maka akan sia-sia semua ibadah kita,” ucapnya diawal sambutannya.

“Oleh karena akhlak posisi tertinggi dalam penghambaan kepada Allah, maka kita sebagai umat Rasulullah Muhammad SAW, kita harus senantiasa menjaga akhlak,” sambungnya.

Lanjut Prof Bahaking menjelaskan, bahwa Islam hadir di tanah Sengkang Wajo, tepatnya di Desa Tosora pertama kali dibawa oleh seorang ulama yakni Syekh Jamaluddin Akbar Al husein Al Jumadil Qubro pada tahun 1320 M.

“Metode dakwah pada saat itu belum terlalu besar karena kebiasaan orang Bugis-Makassar masih sangat kental akan budaya Mappatabe kepada Raja selaku pimpinan tertinggi di salah satu wilayah,” jelasnya.

Senada dengan itu, Budayawan H. Hasan Hasyim juga ikut membenarkan hal itu.

“Budaya Mappatabe’ atau mattabe-tabe ini yang akhirnya menjadi upaya awal sehingga Islam pada saat itu penyebarannya masih terbatas atau bisa dibilang dari mulut kemulut,” katanya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Divisi Seni Budaya Mabes Kiwal Garuda Hitam, Purwanto Sukiyo Dg. Mangemba.

Menurutnya, bahwa pada Tahun 1010 hijriah atau 1589 masehi, hadir seorang ulama besar dari Pagaruyung yakni Sultan Machmud Iskandar, yang ditandai dengan sebuah masjid tertua dan terbesar di daerah Sanrobone yaitu masjid Baitul Maqdis.

“Beliaulah (Sultan Machmud Iskandar) yang mengislamkan daerah Sanrobone dan sekitarnya. Hal itu dibuktikan dengan adanya sebuah masjid terbesar di wilayah tersebut hingga saat ini yaitu masjid Baitul Maqdis. Tempat itu juga menjadi tempat para guru-guru Tarekat dan Anrong Guru Mokking dalam memahami kebesaran Allah SWT,” papar Dg Mangemba sapaannya.

“Masjid ini dibangun setelah benteng Sanrobone selesai dibangun pada tahun 1515 M sampai dengan 1520 M pada zaman kekuasaan Dato’ Pancabelong atau Datok Cakbiluka raja Pertama Sanrobone,” sambungnya.

Purwanto Sukiyo Dg Mangemba menyatakan, bahwa keberadaan Islam di Gowa berkembang pesat pada tahun 1605 Masehi pada zaman Karaeng Matoayya dan Sultan Alauddin Raja ke XIV Gowa dengan ditemukannya prasasti tertulis Di Masjid Al Hilal Katangka pada tahun 1605 Masehi.

Dari dasar tersebut lanjut Dg Mangemba menuturkan, bahwa keberadaan Islam di Kabupaten Gowa telah diterima pada saat itu.

Direktur Mitologi Budaya Sulawesi (MBS) Iwal Achmady dalam keterangannya mengungkapkan, bahwa kegiatan Diskografi Budaya adalah kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga akan timbul kebiasaan Pangadakkkang dengan berlandaskan nuansa adat dan religi.

Dirinya menyatakan, bahwa kegiatan ini merupakan upaya untuk mengoptimalkan pemberdayaan khasanah budaya dan religi dikalangan masyarakat.

“Kegiatan semacam ini sangatlah positif. Karena selain menumbuh kembangkan kegemaran membaca melalui berbagai bacaan dan media, kegiatan ini juga menanamkan kecintaan kita terhadap keragaman budaya bangsa, persatuan dan kesatuan,” tutur Iwal Achmady.

“Kegiatan Diskography Budaya dan Literasi ini sangatlah penting bagi masyarakat khususnya warga Sulawesi Selatan. Ini juga demi untuk meningkatkan literasi yang berdampak baik serta kecerdasan emosional dalam hidup karena semangat dalam literasinya merupakan modal terbesar dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat,” tutup Direktur MBS itu. (*)

Laporan : Tim
Penulis   : Budhy