www.jejakhitam.com
Tajam Mengungkap Peristiwa

Lewat Bukunya, Kader PMII Makassar Ini Raih Apresiasi Imam Besar Mesjid Istiqlal

JAKARTA – Muda, cerdas dan berprestasi. Itulah kata yang pantas disematkan buat salah satu kader terbaik PMII Cabang Makassar Muh. Syarif Hidayatullah. Kandidat calon Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) ini, resmi meluncurkan bukunya yang berjudul “PMII di Era Disrupsi,” Selasa (23/02/2021).

Buku tersebut adalah buah pemikiran Muh. Syarif Hidayatullah selama berproses di PMII, khususnya ketika menjadi Ketua PKC PMII Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2017 hingga posisi saat ini sebagai Ketua Bidang Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) PB PMII periode 2017-2021.

Dalam sambutannya, Syarif Hidayatullah mengungkapkan, bahwa era disrupsi merupakan sebuah era dimana lahirnya sebuah inovasi-inovasi baru yang akan menggantikan sesuatu yang lama dengan cara-cara yang baru.

“Hadirnya perubahan-perubahan yang begitu cepat yang disertai dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, Kader PMII butuh gagasan-gagasan baru dalam menghadapinya,” tutur Chaliq sapaan akrabnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. saat menjadi pembicara dalam launching buku tersebut mengungkapkan, bahwa beliau sangat mengapresiasi karya buku Muh. Syarif Hidayatullah tersebut.

“Saya sangat mengapresiasi hadirnya buku ini. Saya melihat ananda Muhammad Syarif Hidayatullah ini sudah bisa membaca pergerakan-pergerakan dan tantangan Zaman melalui buku PMII di era disrupsi ini,” ucap Imam Besar Mesjid Istiqlal ini.

Ia juga berharap dengan adanya buku ini, akan membuka kran berpikir kader PMII se-Indonesia dalam menjawab tantangan di era disrupsi tersebut dengan langkah-langkah strategis baik untuk kemajuan individu kader PMII, maupun organisasi PMII serta bangsa dan negara.

“Buku ini menjadi sumbangan gagasannya dan semoga dirinya tetap memberi manfaat dari generasi ke generasi. Setidaknya ini menjadi cara Syarif Hidayatullah untuk mengikat ilmu yang dimilikinya agar tidak terlepas dan hilang dari sejarah.” Tambahnya.

Seperti kata Pramoedya Ananta Thoer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah,” imbuh Nasaruddin dalam kutipannya.

Acara tersebut dihadiri oleh kader PMII dan peserta santunan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, mencuci tangan dan handsanityzer dan menjaga jarak. (Budhy)