www.jejakhitam.com
Tajam Mengungkap Peristiwa

Banjir Kalsel Sepi Pemberitaan, MBA : “Kami Disini Juga Butuh Bantuan”

BANJARMASIN – Banjir yang melanda Kalimantan Selatan sejak hari Kamis (14/01) lalu, merupakan banjir terbesar dan terparah dalam sejarah bencana di bumi Borneo.

Curah Hujan yang tinggi, meluasnya perkebunan sawit, dan masifnya pertambangan, menjadi salah satu penyebab banjir besar itu terjadi.

Markaz Bersama Assunnah (MBA) yang merupakan gabungan lembaga-lembaga dakwah dan kemanusiaan, membuka posko dibeberapa wilayah.

Ketua MBA Sigit Sambodo mengungkapkan, “Perlunya kepedulian kaum Muslimin untuk bahu membahu membantu dan berdoa untuk korban bencana banjir besar Kalimantan Selatan ini. Mengingat dampak banjir sangat luas dan sampai saat ini, banjir belum juga surut secara signifikan, bantuan darurat dalam bentuk dana, untuk kemudian disalurkan menjadi makanan siap saji dari dapur umum di 6 Posko sangat diperlukan.” Ungkap Sigit, Sabtu (16/01/2021).

Salah satu relawan MBA dari Banjar Baru mengatakan, MBA (Markaz Bersama Assunnah) membuka posko sedikitnya 6 titik wilayah bencana.

“MBA membuka posko penanggulangan bencana di Banjar Baru, Mertapura,Barabai, Balangan, Banjarmasin, dan Tanah Laut . Mereka terdiri dari gabungan yayasan – yayasan dan masjid dakwah sunnah , Masjid Imam Assyafi’I, Yayasan Al Umm, Yayasan Assa’adah, Radio Gema Madinah, Yayasan Intan Ilmu Banjarmasin, dll.” Paparnya.

Banjir besar ini terjadi tiba-tiba sehingga pemerintah setempat memerlukan bantuan dari seluruh kalangan masyarakat Indonesia untuk sama-sama peduli dalam menanggulangi bencana ini. Banjir besar terjadi di 5 Kabupaten dan lebih dari 20 ribu masyarakat terdampak, juga korban jiwa berjatuhan serta kerugian rumah, bangunan, muasjid, sarana dan prasarana umum lainnya hancur dan rusak, demikian Ustadz munajat menjelaskan.

Ustadz Hasbi sebagai salah satu pengelola posko MBA Barabai menjelaskan, “Al Umm sendiri menampung sedikitnya 200 orang pengungsi sekitar dan Barabai dalam keadaan terisolir karena banjir memutus akses jalan dan ketiadaan sarana transportasi.” Jelasnya.

Lebih lanjut beliau melaporkan bahwa ketersediaan bahan makanan untuk tanggap darurat bahkan saat ini diperkirakan hanya tersisa 2 hari saja.

“Musibah banjir besar Kalsel ini sepi pemberitaan. Padahal, kami disini juga sangat membutuhkan bantuan dan uluran tangan,” ucapnya.

Ia berharap, “Pemerintah juga bisa fokus melihat kondisi warga korban banjir besar ini. Kalimantan Selatan darurat bencana, dan butuh perhatian Pemerintah.” Tutupnya. (Bd)