www.jejakhitam.com
Tajam Mengungkap Peristiwa

Kongres XX PMII Dinilai Cacat, Rafli : Oknum PB dan PKC Sulsel Merusak Organisasi

KENDARI – Dinamika Kongres ke-XX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) zona 6, yang digelar di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, mendapat respon beragam dari ketua cabang yang ada di Sulawesi Selatan.

Salah satunya, Ketua PMII Cabang Palopo Muh. Rafly Setiawan yang merespon pelaksanaan kongres tersebut.

Menurutnya, Pengurus Besar (PB) bersama Pimpinan Koordinator Cabang (PKC) PMII Sulsel, tidak memiliki itikad baik untuk memperbaiki organisasi, khususnya konflik yang saat ini ada di tataran PMII Sulawesi Selatan.

“Saya menganggap Kongres kali ini cacat secara administrasi. PB PMII dan PKC Sulsel tidak punya itikad baik untuk menyelesaikan dinamika konflik yang terjadi di Sulawesi Selatan, tapi malah merusak,” tegas Rafli, Jumat (19/03/2021).

Pasalnya, selain menurunkan status cabang termasuk cabang Palopo, PKC Sulsel juga merampas hak suara beberapa cabang di Sulsel seperti, Luwu Utara, Jeneponto, Takalar, Maros dan Wajo.

“Sepertinya ini ulah oknum yang ingin mengucilkan tiap cabang-cabang yang produktif di Sulawesi Selatan, termasuk PMII cabang Palopo, sehingga kami kehilangan hak suara,” lanjut Rafly.

Padahal sampai hari ini, belum ada surat edaran keputusan yang dikeluarkan oleh PB PMII terkait penurunan status cabang PMII Palopo menjadi cabang persiapan.

Rafly menilai, ada oknum di PKC PMII Sulsel yang sengaja menjadikan wacana penurunan status beberapa cabang termasuk cabang Palopo, karena mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi.

“Dalih administrasi selalu dijadikan sebagai pembenaran untuk memuluskan kepentingan oknum tanpa mendahulukan kepentingan organisasi. Jika cabang tidak mengakomodir kepentingan PKC, maka bersiaplah menjadi anak yang tidak dianggap,” ujarnya.

Ketua PMII Cabang Palopo ini juga mengajak semua cabang yang diperlakukan secara diskriminatif oleh PB PMII dan PKC, untuk tetap mengambil langkah konstitusional dan mengakhiri tradisi kedunguan yang tetap dilakukan menjelang momentum Kongres seperti ini. (Tim)